Tema : O-Tekno
Indonesia termasuk
negara dengan angka kecelakaan lalu lintas tertinggi kelima di dunia. Data
Korlantas Polri menyebutkan, setiap jam ada tiga orang yang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas.
Tingginya angka
kematian tersebut, seiring dengan pesatnya pertumbuhan jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir Indonesia merupakan salah
satu negara dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia. Setiap kendaraan harus
stop and start di jalan macet sebanyak 33.240 kali per tahun.
Di beberapa
negara, mobil berteknologi autonomous driving atau bisa melaju sendiri
ke tujuan tanpa dikemudikan dianggap sebagai solusi untuk mengatasi
kesemerawutan lalu lintas, termasuk menekan angka kecelakaan.
Studi di Amerika
Serikat, menunjukkan, mobil yang juga disebut dengan auto pilot ini dapat
mengurangi kerugian akibat kecelakaan sebesar USD488 miliar dan meningkatkan
produktivitas sebanyak USD645 miliar.
Selain memotong
biaya, mobil autonomous juga dapat menyelamatkan nyawa. Apalagi,
mayoritas kecelakaan di Indonesia disebabkan kesalahan pengemudi.
"Dengan
mengeliminasi kebutuhan kontrol fisik seorang pengemudi, mobil self driving
dapat mengurangi angka korban nyawa kecelakaan lalu lintas hingga 90
persen. Sebanyak 108 nyawa yang dapat diselamatkan setiap harinya dan sebanyak
40.000 nyawa terselamatkan per tahunnya,” demikian isi pernyataan tertulis Carmudi.
Selain
menyelamatkan nyawa, mobil autonomous juga dapat mengurangi hal yang
menyebabkan stres setiap harinya, termasuk macet. Sekira 10 juta mobil
terdaftar di Indonesia, dan seorang pengemudi dapat menghabiskan waktu hingga
delapan hari kerja per tahun terjebak dalam kemacetan. Karena itu, mobil autonomous
dapat mengurangi masalah kemacetan dengan menurunkan jumlah mobil yang beredar
di jalanan.
Sebagai contoh, di
Amerika, mobil berteknologi canggih ini diklaim dapat menurunkan angka
kepemilikan mobil sebanyak 43 persen, dari rata-rata 2,1 menjadi 1,2 kendaraan
per keluarga.
"Apabila kita
aplikasikan contoh ini ke Indonesia, kita dapat melihat angka kendaraan di
jalan turun hingga 5,7 juta unit, berarti semakin sedikit macet dan lebih
banyak waktu produktif yang dapat dihabiskan di kantor," tulis Carmudi.
Penjelasan
Di Indonesia
mungkin sebagian mungkin bagus jika diterapkan mobil auto-pilot. Tapi jika
bentuk mobil di Indonesia seperti gambar diatas sudah pasti tidak cocok. Karena
sebagian besar mobil di Indonesia untuk mengangkut hasil panen, barang dagang,
dsb. Mungkin lebih baik jika mobil auto-pilot tersebut memiliki bak terbuka
atau jika ingin bentuk yang lebih elegan, bisa mengambil contooh mobil family
van. Jika bentuk model sport sudah pasti jarang digunakan di Indonesia.
Jika untuk di
jalanan ibukota mungkin kata-kata macet susah ntk dilepaskan dari masyarakat di
ibukota. Memang benar jika mobil tersebut bisa terstruktur untuk di jalanan
tapi jika terlalu banyak mobil tetap saja akan menimbulkan macet.
Nah, kesadaran
pemerintah untuk membatasi kendaraan roda 4 harus digerakkan. Agar masyarakat
di Indonesia mau menggunakan sepeda atau motor untuk perjalanan jarak dekat.
Dan pastinya polusi di ibukota juga berkurang.
Selain itu,
bersepeda juga bagus untuk kesehatan dan otak lebih fresh untuk melakukan
pekerjaan selanjutnya. Mungkin di Indonesia masih terlalu besar rasa gengsi-nya, contohnya: takut bajunya bau
jalan atau takut bajunya kotor, terus malu dengan pegawai lainnya. Padahal jika
sama sama bau jalan antar pegawai kan nggak mungkin ada rasa malu atau gengsi
dengan pegawai lain.
Fakta lain
menunjukkan, menggunakan kendaraan roda 2 bisa mengurangi kemacetan.
5m x 5m lebar jalan hanya cukup
untuk 1 mobil pribadi dan isinya pun tidak lebih dari 10 orang. Jika
menggunakan sepeda / motor bisa menampung 20-30 orang di ukuran tersebut.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015/03/24/15/1123464/indonesia-butuh-mobil-tanpa-sopir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar